-->

Jenius Kogoya Tewas Diterjang Puluhan Anak Panah

Korban saat akan di evakuasi dari TKP
SAPA (TIMIKA) – Seorang warga bernama Jenius Kogoya (32) ditemukan tewas secara mengenaskan setelah puluhan anak panah bersarang di tubuhnya. Tewasnya Jenius tidak diakui oleh kedua belah pihak yang berkonflik di Kwamki Narama, dalam hal ini kubu atas maupun kubu bawah, sebab kedua kubu menganggap bahwa korban bukan bagian dari mereka.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Salam Papua dilapangan menjelaskan, Jumat (1/7) dini hari sekira pukul 02.00 WIT, warga dari kedua kubu saling buang suara dan malakukan waita (tari-tarian) untuk memprovokasi pihak lawan. Teriakan disertai waita secara adat terus menerus dilakukan kedua kelompok yang pada akhirnya muncul suara-suara teriakan yang mengartikan bahwa ada salah satu warga yang menjadi korban. Namun belum diketahui apakah warga yang menjadi korban berasal dari kelompok bawah atau kelompok atas. Pasalnya kedua kelompok yang bertikai tidak mengakui bahwa korban berasal dari kelompok mereka. 

Kapolres Mimika AKBP H Yustanto Mujiharso saat dikonfirmasi wartawan di Kantor Pelayanan Polres Mimika mengatakan, sejak Jumat dini hari sekitar pukul 03.00 WIT, kedua kelompok sudah saling buang suara untuk saling memancing. Selanjutnya kembali membuang suara yang mengartikan bahwa, terdapat korban jatuh dari pihak lawan. Namun, hal itu malah dilakukan oleh kedua kubu, dimana kedua kubu saling mengklaim bahwa kelompok atas telah jatuh korban, dan begitu juga sebaliknya kelompok bawah telah jatuh korban.

“Mulai jam tiga subuh mereka itu sudah mulai waita-waita dari kelompok atas dan bawah. Ada korban yang berhasil mereka petik, kemudian dari kelompok bawah menanyakan siapa korbannya dan segala macam, tetapi akhirnya kelompok atas tidak bisa memberikan jawaban,” jelas kapolres.

Pagi hari ketika aparat keamanan yang berjaga-jaga di Kwamki Narama melakukan penyisiran pada lokasi bentrok antar dua kelompok warga, maka ditemukan satu orang korban yang kondisinya dalam keadaan tewas secara mengenaskan, dan terdapat kurang lebih 36 buah anak panah menacap pada tubuh korban.

“Tadi pagi kita sisir, kita dapatkan bahwa satu orang memang terbunuh dengan 36 anak panah. Dari kelompok atas mengklaim bahwa ini (korban) dari kelompok bawah, tetapi dari kelompok bawah sendiri tidak mengakui itu, karena yang bersangkutan (korban) itu bukan dari kelompok bawah, bahkan dari kelompok bawah menyampaikan bahwa ini dari kelompok atas,” terang kapolres.

Selanjutnya aparat keamanan menanyakan kepada warga setempat, yang kebetulan saat itu juga ada ketua DPRD Mimika Elminus B Mom. Aparat menyampaikan bahwa  jika saja kedua belah pihak tidak mengakui kalau korban merupakan bagian dari mereka, maka aparat mengambil langkah untuk membawa jasad korban ke rumah sakit. Sebab, jika terdapat korban jiwa dalam konflik perang adat, maka secara langsung jasad korban akan di bakar (kremasi ), baik dari kubu atas maupun kubu bawah.

“Akhirnya mereka setuju kita bawa ke rumah sakit. Nanti dari rumah sakit koordinasi dengan pihak dinas sosial dengan ketua DPRD, apabila sudah selesai autopsi atau pemeriksan dari rumah sakit, nanti baru kita makamkan. Tapi yang jelas dari kelompok atas maupun bawah, sama-sama tidak mengakui bahwa korban tersebut berasal dari kelompoknya,” kata kapolres.

Hingga Jumat malam sekira pukul 20.50 WIT, jasad korban masih berada di kamar jenazah RSUD Mimika. Bahkan semenjak siang setelah korban di evakuasi ke RSUD Mimika, terdapat sejumlah warga dari Kwamki Narama yang datang untuk melihat kondisi korban, begitu juga istri dan anak korban.

Dari situ juga belum ada penyampaian yang berarti dari pihak keluarga korban terkait tewasnya korban, dalam hal ini terkait permintaan maupun pertanggungjawaban atas tewasnya korban. (Saldi Hermanto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel