-->

Masyarakat Korban Tidak Terima, Jenazah Genius Kogoya Akhirnya di Bakar

Masyarakat dan Kerabat korban hendak membakar janazah korban
SAPA (TIMIKA) -  Jenazah almarhum Genius Kogoya (32), korban pembunuhan di lokasi perang Kwamki Narama pada hari Jumat kemarin, akhirnya diambil pihak keluarga dari kamar jenazah RSUD Mimika dan dibawa ke rumah duka di kampung Iliale. Tewasnya korban dianggap keluarga dan masyarakatnya sebagai korban perang, sehingga pamakaman jenazah dilakukan dengan cara adat, yakni jenazah korban dibakar (kremasi-red).

Sabtu (2/7) malam sekitar pukul 18.50 WIT, jenazah almarhum Genius Kogoya diambil pihak keluarga dari kamar jenazah RSUD Mimika, selanjutnya dibawa kerumah duka dan tiba sekitar pukul 18.30 WIT. Saat tiba, jenazah korban langsung dibakar dengan cara ritual adat buang panah. Buang panah menandakan bahwa pihak korban tidak menerima kematian korban, harus ada pertanggungjawaban kematian korban, entah oleh kelompok atas atau kelompok bawah. 

Sebelum diputuskan untuk jenazah korban dibawa kerumah duka dan dibakar, tokoh adat masyarakat Dani yang dipimpin  Eska Kogoya, berkumpul bersama kerabat dan masyarakat korban dirumah duka melakukan koordinasi terkait tewasnya korban. 

Kerabat dan masyarakat korban tidak terima atas tewasnya korban, akhirnya sempat melakukan prosesi adat buang suara kepada kelompok atas, artinya mengajak perang kepada kelompok yang diduga membunuh korban, yakni kelompok dari kubu atas atau pihak Hosea Ongomang.

Hingga saat ini kerabat serta masyarakat korban sedang berkumpul di sekitar rumah duka di kampung Iliale. Kerabat serta masyarakat korban berasal dari kampung Utikini (Sp12) maupun Bhintuka (Sp13) dan yang berada di kampung Iliale sendiri. Mereka berdatangan kerumah duka dengan dilengkapi alat perang tradisional panah.

Kapolres Mimika AKBP H Yustanto Mujiharso saat diwawancarai pada Sabtu malam di bundaran check point 28 (CP28), mengatakan, terkait pembunuhan korban Genius Kogoya, pihaknya mendapat informasi bahwa korban masih bertempat tinggal diwilayah kelompok atas, yaitu kampung Iliale. 

Dari isu yang berkembang, korban ternyata sering berkumpul atau berbaur dengan kelompok bawah. Kapolres juga menjelaskan, sebelum dibunuh korban diajak oleh oknum dari warga kelompok atas untuk minum (konsumsi minuman beralkohol-red) diwilayah kelompok atas. Saat korban datang ke wilayah kelompok atas, korban malah dibunuh oleh sejumlah oknum warga yang diduga dari kelompok atas tersebut.

Setelah korban berhasil dibunuh, pihak dari kelompok atas memberikan kode dengan cara buang suara ke arah kelompok bawah. Buang suara oleh kelompok atas ini mengartikan bahwa pihaknya telah berhasil membunuh satu orang dari kelompok bawah.

“Kemudian dari kelompok atas membuang suara, bahwa dari kelompok bawah sudah terbunuh satu orang. Tetapi  kenyataannya setelah di cek, dari kelompok bawah tidak ada yang korban dan marga Kogoya,” jelas kapolres.

Selanjutnya dari situ, kelompok bawah kembali membuang suara kepada kelompok atas bahwa pada pihaknya tidak terdapat korban, apalagi yang bermarga Kogoya. Bahkan pihak kelompok bawah tidak mengakui kalau korban merupakan warga dari pihak mereka.

“Sebenarnya si Genius Kogoya ini orang yang tidak pernah ikut perang, tetapi karena dia dari kelompok atas (kampung Iliale-red), kemudian dia terbunuh dari kelompok atas sendiri, dan dianggap bahwa ini (korban) adalah pro kelompok bawah, yang secara langsung maupun tidak langsung masih ada hubungannya dengan perang ini. Tewasnya genius Kogoya kalau bahasa kita kira-kira salah lirik (salah sasaran-red),” terang kapolres.

Dampak dari tewasnya korban, saat ini juga masyarakat korban dengan kelompok atas sedang bersitegang. Terhadap hal ini pihak kepolisian telah mengambil langkah untuk mengantisipasi adanya hal-hal yang dapat menimbulkan masalah baru dan terjadi diluar dari lokasi perang Kwamki Narama, dalam hal ini meluas ke wilayah kota.

“Nah, jangan sampai nanti juga ada dari kedua kelompok ini saling sensitif, saling menjaga, kemudian mencari sasaran diluar lokasi perang, inilah yang kita kuatirkan. Lokasi perangnya di Kwamki lama, nanti jangan sampai ada korban-korban lain diluar Kwamki lama,” jelas kapolres. (Saldi Hermanto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel