-->

Jenazah Joni Gwijangge, Korban Pembunuhan di Kilo 11 Akhirnya Dibakar

Jenazah Joni Gwijangge, Korban Pembunuhan di Kilo 11 saat akan dibakar secara adat - SAPA SALDI
SAPA (TIMIKA) – Almarhum Joni Gwijangge (45) yang merupakan korban dalam kasus pembunuhan yang terjadi di Kilometer 11, Kampung Kadun Jaya, Distrik Wania, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua akhirnya dibakar secara adat oleh pihak keluarga serta kerabat korban.

Jenazah korban pada Senin (1/8), sekitar pukul 10.30 WIT dibawa keluar dari Kamar Jenazah RSUD Mimika oleh pihak keluarga menuju rumah duka.

Saat tiba di rumah duka, jenazah korban disambut melalui prosesi adat oleh kedua kubu yang ada di kilometer 11. Selanjutnya jenazah korban diterima keluarga dan dilanjutkan dengan prosesi adat bakar jenazah di halaman kediaman keluarga korban. 

Selama prosesi ini berlangsung, puluhan aparat Kepolisian dari Polsek Mimika Timur (Miktim) yang dipimpin langsung Kapolsek Miktim, AKP Florensin Y Nari, berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan.

Dalam prosesi ini, isak tangis keluarga maupun kerabat korban terdengar disaat jenazah dinaikkan diatas tumpukan kayu untuk selenjutnya dibakar. Bahkan ketika kayu dibakar dan menyala, isak tangis semakin terdengar hingga kayu membakar seluruh jasad korban.

Usai jenazah korban dibakar, selanjutnya erabat dan keluarga melakukan ritual buang suara dengan dilengkapi peralatan perang berupa busur panah dan alat tajam lainnya, guna mengiringi kepergian korban kepada sang Khalik.

Saat prosesi ini berlangung, keluarga korban enggan menyampaikan tanggapannya karena sedang dalam suasanan duka. Meski demikian, salah satu tokoh masyarakat korban yang juga merupakan anggota DPRD Mimika, Karel Gwijangge, menjelaskan bahwa, dirinya sebagai tokoh mendampingi prosesi adat warganya yang menjadi korban kasus pembunuhan.

Karel menjelaskan kepada Salam Papua bahwa jenazah korban dibakar merupakan keputusan dari keluarga korban, dimana pemakaman korban dilakukan sesuai adat yang berlaku bagi masyarakat Nduga.

“Jadi, jenazah dibakar ini sudah keputusan dari keluarga. Karena masyarakat kami sendiri itu secara adat itu dibakar, tapi bukan berarti jenazah dibakar lalu ada balas dendam, itu tidak. Untuk menjalankan adat maka keluarga putuskan dibakar,” kata Karel.

Atas terbunuhnya korban pada Sabtu (30/7) lalu, Karel  mengimbau kepada masyarakatnya agar tidak terpancing dengan isu-isu yang sedang berkembang diluar. Sebab, jika masyarakat terpancing maka, hal itu akan menimbulkan permasalahan baru yang dapat merugikan masyarakat sendiri dan terutama keluarga korban.

“Saya sudah imbau kepada masyarakat juga untuk bagaimana menahan diri serta tidak mudah percaya dengan isu-isu yang ada. Kami para tokoh disini selalu dekat dan turun dengan masyarakat kalau ada kejadian-kejadian seperti ini, sehingga saat kami bicara masyarakat mendengarkan,” jelasnya.

Usai pembakaran jenazah dilakukan, tampak keluarga serta kerabat korban masih berada disekitar rumah duka dan masih melengkapi dengan busur panah dan alat tajam lainnya. Aparat pun masih berjaga-jaga disekitar lokasi rumah duka. (Saldi Hermanto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel