-->

Polda Papua Kirim Timsus Kejar Pelaku Penembakan Guru di Puncak Jaya

Ilustrasi

SAPA (JAYAPURA) - Pasca penembakan yang dilakukan orang tak dikenal (OTK) terhadap seorang guru honorer di Kampung Karubate, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Senin (12/9), Polda Papua mengirim dua regu tim khusus (timsus) melakukan pengejaran terhadap pelaku.

Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw kepada awak media di Bandara Sentani, Jayapura, Papua,  Selasa (13/9), mengatakan bahwa pihaknya membentuk dua regu tim khusus untuk mengejar pelaku penembakan terhadap seorang guru di Kampung Karubate.

“Tim ini akan membantu aparat kepolisian dan TNI yang sudah ada di Puncak Jaya untuk mengejar pelaku yang melakukan penembakan,'' terang Kapolda saat melepas timsus.

Menurut Kapolda, perbuatan pelaku terhadap korban merupakan tindakan tidak berperikemanusiaan dan sangat biadab, sebab korban merupakan seorang guru yang notabene bertugas mengajar anak-anak di daerah tesebut agar pintar.

“Kita akan kejar dan menangkap pelakunya, perbuatan pelaku sangat biadab dan tidak manusiawi, menembak guru yang sehari-harinya mengajar anak-anak di sana untuk pintar,” tandas Waterpauw.

Korban Ezra Patatang merupakan seorang guru honorer dan sudah dua tahun mengajar mata pelajaran Agama Katolik di SD Negeri Kulirik, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Korban ditembak orang tak dikenal di Kampung Karubate pada Senin (12/9) sekitar pukul 18.30 WIT.

Selain menjadi guru honorer, korban sehari-harinya setelah mengajar, melakukan pekerjaan sampingan dengan menjadi tukang ojek. Selain itu korban juga adalah Ketua OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Mulia Paroki Ilaga-Papua.

“Sore itu dia (korban-red) naik motor dari Kota Baru mau kembali ke rumahnya di Kota Lama, tetapi saat itu juga masih mengambil penumpang menuju Kota Lama. Setelah itu, korban ditemukan sudah meninggal dunia dalam kondisi luka tembak,” ujar Markus Tandiayu, wakil Ketua Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Kabupaten Puncak Jaya.

Jenazah Ezra diterbangkan dari Mulia menggunakan pesawat Enggang Air, kemudian diterbangkan ke Makassar menggunakan Batik Air. Selanjutnya jenazah korban akan dibawa ke kampung halamannya di Masamba, Kabupaten Luwuk, Sulawesi Selatan. Semua biaya transportasi jenazah ditanggung Pemerintah Daerah Kabupaten Puncak Jaya.

“Biaya transportasi untuk jenazah dan sembilan orang keluarga yang mengantar jenazah semuanya ditanggung Pemda Kabupaten Puncak Jaya,” terang Markus yang juga adalah seorang guru.

Di Mulia, Ezra tinggal bersama kakaknya, Resty Patatang yang juga seorang guru.

“Saya tiga bulan lalu sebelum turun ke Jayapura untuk tugas belajar, saya pesan, ajar anak-anak baik-baik ya dek dan jaga gereja. Itu terakhir kalinya saya bertemu, dan adek saya mengajar anak-anak untuk pintar, dan sudah dikenal dengan panggilan Pak Guru di sekitar tempat tinggal kami, tetapi kenapa dia dibunuh seperti ini,” ujar Resty kakak kandung korban, saat ditemui di bandara Sentani Jayapura. (Red)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel