-->

Silas Natkime

Sosok Pejuang Sederhana Penuh Kepedulian  

PENAMPILANNYA memang jarang sekali terlihat di Kota Timika karena selain wilayah domisilinya yang berada eksklusif di perumahan PT Freeport Indonesia di Kuala Kencana, figur Silas Natkime yang sangat dikenal kebanyakan warga asal suku Amungme dan Kamoro serta Lima Suku kekerabatan lainnya ini, juga hampir pasti dikagumi ribuan pekerja di lingkungan PT Freeport Indonesia. Terlebih karena hampir setiap hari, Eksekutif Vice Presiden (EVP) yang terlihat kalem dan sederhana ini memang lebih banyak terlihat diantara para pekerja Freeport. Apakah di Kuala Kencana, lingkungan LIP (Leave Industrial Park), di Portsite, maupun di Tembagapura secara umum.

Namun, tak cukup hanya disitu yang bisa dikenal dari sosok Silas Natkime sebagai salah satu pejuang asal Tanah Amungme yang sehari-hari memang tampil sederhana tetapi hampir hari-harinya bisa diikuti.Penuh kepedulian terhadap siapa saja umat manusia, dan bukan sekedar hanya masyarakatnya sendiri di negeri Amungsa Kamoro ini.Hampir dapat dipastikan, kalau setiap penampilannya di publik melalui media, Silas Natkime selalu bicara bagi kepentingan banyak orang dan etnis.Bahkan yang tak kalah hebatnya, Silas memang mengakui, kalau dirinya lebih menikmati menyampaikan sesuatu untuk kebutuhan kemajuan Papua dan Mimika ini ke depannya demi ke-Indonesia-an.

“Saya harus bicara karena memang itu salah dank arena saya piker apa yang saya bicara bicara juga merupakan pikirannya para orang tua-tua yang kini sudah tidak ada. Mereka yang hebat-hebat itu dulu memiliki peran yang luar biasa hebatnya jadi saya tidak bisa mengabaikan semangat itu sampai kapanpun,” tutur Silas Natkime mengawali pembicaraannya bersama Salam Papua, Selasa (12/8)

Dalam suatu kesempatan, Silas Natkime selaku Tokoh Masyarakat dan juga Pemilik Hak Ulayat, menyerukan dan mengajak  agar sedikitnya 1.800 karyawan yang saat masih melakukan aksi mogok kerja agar dapat kembali bekerja sebagaimana biasanya.
Karyawan diajak untuk memahami apa yang lakukannya, sebagai aksi yang dapat merugikan diri sendiri. Bahkanberdampak dalam kehidupan maupun rumah tangga dan keluarga.

“Karyawan harus pahami betul, hal itu dampaknya seperti apa? itu pasti akan merugikan, apalagi yang punya keluarga, pasti sudah bisa lihat dampaknya sendiri dari mogok ini,” kata Silas.

Silas,bahkan menjamin, “Masuk kerja saja, itu warning tiga yang diberikan palingan jangka waktu enam bulan saja sudah habis, yang penting karyawan mau masuk kerja dan mau perbaiki sikap dan tidak ada yang di PHK,” jelasnya saat itu.

Tak hanya itu karena pada saat membaca sejumlah gejala yang mengindikasikan  adanya sejumlah perbedaan yang siap memberikan dampak buruk bagi kemajuan bersama, tokoh masyarakat Amungme ini kembali mengajak semua komponen pekerja dan manajemen serta masyarakat untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan yang mampu menciptakan kedamaian.

“Persatuan dan kesatuan harus kembali dibangun dalam lingkungan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan termasuk oleh segenap masyarakat yang ada di Timika maupun Papua secara umum,” tekan Silas Natkime yang juga sempat mendatangi redaksi Salam Papua, Selasa (23/2) saat itu.

Hanya satu saja alasannya, sebagai tokoh maka mau tidak mau, dirinya harus terus mempersatukan. Alasannya, karena kalau semua orang terus saling menyalahkan maka masalah Papua tidak akan pernah selesai. Begitu juga didalam perusahaan sendiri, manajemen tentu saja akan memberikan penilaian juga bagi orang Papua khusunya.

“Pemerintah juga bisa saja menilai buruk dan ini tidak kita kehendaki bersama,” ujar Silas.

Silas, bahkan mendaulat tahun 2015 sebagai tahun yang penuh harapan besar bagi setiap orang Papua dan semua masyarakat di Tanah Papua ini.Makanya, secara internal dalam perusahaan misalnya, semua pekerja harus saling menyatu dan tetap menghargai system satu pintu yang berlaku juga dalam perusahaan agar kemajuan yang diharapkan bisa cepat meningkat. Kesejahteraan dan semua harapan akan bisa menjadi lebih baik.

“Kita ini harus kembali bersatu sebagai keluarga besar dan segala ambisi harus dihilangkan.Kita harus bisa menyatu dengan perusahaan supaya harapan-harapan baru dengan pemimpin perusahaan yang baru ini bisa dijalankan. Perusahaan juga tidak akan, hanya melihat berdasarkan kelompok-kelompok saja. Kita bisa dinyatakan ada mengalami perubahan dan itu harus dari kita orang Papua sendiri yang melakukannya.Kita tak bisa dharapkan siapa-siapa.Semuanya harus punya hati bagi rakyat banyak agar dana-dana apapun bisa dimanfaatkan bagi masyarakat dan Tanah Papua.Mengapa, agar Papua bisa cepat sejahterah ke depannya,” jelas Silas.

Memasuki usia Proklamasi Kemerdekaan RI ke-70 tahun di 2015 ini, Silas Natkime seakan semakin kokoh dalam penampilan kepemimpinan dan perjuangannya. Tak kenal lelah, meskipun hanya sekedar untuk menghimbau dan mengajak semua masyarakat Papua dan Indonesia di Mimika dan Papua ini bersatu padu membangun Papua. Silas pun tak segan-segan memberikan warning (peringatan) bagi pemerintah daerah Mimika ini. Terutama untuk membuka mata dalam membangun masyarakat demi kemajuan Papua dan Kabupaten Mimika khususnya, karena pemerintah dinilainya masih terus berjalan sendiri dan tidak kompak (akur).

“Saya lihat di Jayapura itu pembangunan sudah berjalan bagus sekali karena ada sinergisme kesatuan antara pemeirntah dan masyarakatnya, pemerintah harus menjadi pengayom rakyat dan pilar penentu yang bisa diikuti oleh masyarakat.Pemerintah tidak bisa terus-terusan hanya mengharapkan saja seperti saat ini, masih banyak hal yang sudah dikontribusikan perusahaan raksasa PT Freeport Indonesia,” ujar Silas.

Daerah ini masih memiliki sejumlah sosok pemimpin pembangunan yang cukup handal seperti Athanasius Allo Rafra, kata Silas mengandaikan.Kenapa pemeirntah daerah ini, lanjutnya, tidak memanfaatkan tenaga dan pikirannya yang hebat itu untuk membangun daerah ini ke depannya.Mengapa hal ini dikatakannya, karena Silas merasa pemerintah daerah ini, baik Bupati maupun Wakil BUpati dan semua komponen pemerintah lainnya seperti kehilangan perspektif dalam melaksanakan pembangunan ini.

Sosok yang mengakui siap memimpin Upacara 17 Agustus 2015 di alun-alun Kuala Kencana sebagai Inspektur Upacara  pada penurunan Sang Saka Merah Putih di sore hari itu menambahkan, figure seperti Allo Rafra layak diberikan kepercayaan khusus untuk membantu pemerintah daerah ini dan biarkan dia membantu menjalankan pembangunan. Tentu saja harus dengan kepercayaan penuh dari pimpinan daerah yang ada.

“Allo rafra adalah salah satu figur pemimpin yang terbaik yang ada di Timka ini.Sebaiknya bupati bisa kasih kepercayaan kepada sosok seperti Allo Rafra yang memiliki segudang pengalamannya itu.Orang yang seperti itu jelas dibutuhkan oleh Bupati Mimika,” tandas Silas.

Dirinya bukan hendak mengabaikan adanya Wakil Bupati maupun Sekda, namun dari sejuah yang diamatinya memang belum ada dampak yang maksimal yang sejauh ini sudah bisa dilakukan pemerintahan daerah ini.Apa yang hartus dilakukan jelas bukan hanya sekedar membangun, lkata Silas, tetapi juga harusbisa mempersatukan orang Papua sendiri.Pemerintah tak bisa hanya sekedar bicara terus, ujarnya, harus ada action (aksi nyata).Pemerintah harus mampu memberikan dukungan juga bagi PT Freeport yangsudah berikan banyak manfaat bagi masyarakat daerah ini.

“Tidak boleh hanya bisa kritik Freeport tapi tidak buat apa-apa.Sekarang pemrintah mau minta bikin air bersih, Freeport sudah membantu. Lalu minta lagi listrik, lalu apa kontribusi pemerintah terhadap apa yang menjadi kebutuhan masyarakat daerah ini.
Silas pun tak luput mengingatkan setiap generasi Papua untuk terus menggalang persatuan dan kesatuan, jika mengharapkan kemajuan. Lakukan beragan bisnis melalui aktivitas perdagangan dan yang lainnya. Jangan biarkan hanya orang lain saja yang bisa melakukannya.

“Orang Papua tidak boleh tinggal menonton terus dan itu harus dilakukan dengan berusaha dan kerjakeras bersama,” tekan Silas.

Untuk tokoh pemimpin dulu ada Nicolaus Deikme, Viktor Beanal, Paulus Magal.Ada Tuarek Natkime, Arek Beanal, Viktor Namumura, Abalep Beanal, KagabogolBeanal, Pigidia Beanal, Beanegome Philik Magal. Ada banyak pemimpin atau tokoh dari Suku Moni, Beoga, Ilaga, Damal, Ekari, Nduga, Dani, Paniai, Kamorodan Amungme.Mereka hadir dan menjadi partner dan akrab serta kompak sekali.Semua tokoh-tokoh itu dulu hebat dan sangat kuat sekali kekerabatannya.Sekarang ini, banyak sarjana tetapi tidak bisa berkembang dan tidak bisa buat apa-apa.

“Mereka itu semua dimata masyarakat adalah orang biasa, tetapi dimata kami adalah mereka yang terbaik.Mereka datang ke pemerintah minta kemajuan,sampai Timika bisa sampai seperti saat ini.Kini, mereka itu sudahtidak ada.Sehingga, wajar jika Timika seperti ini, kami masih ada untuk ikuti orang tua-tua itu punya kemauan.Pikiran dan bahasa mereka.Generasi sekarang ini sudah hancur.Wajar Timika ini hancur, ketokohan dan kepemimpinan ini hancur dan kita saat ini mengalami benar krisis kepemimpinan. Kita merindukan kader-kader pemimpin yang berbeda dan bijaksana untuk mencapai harapan masa depan yang jauh lebih baik,” ucap Silas dalam kerutan wajah prihatin namun bersemangat. (samuel wanda)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel