-->

Jack Miliar Marcus Aim

Membangun Kesadaran Kesehatan dengan Hidup Bersih Ciptakan Masyarakat Sehat

PRIA yang mempunyai nama lengkap Jack Miliar Marcus Aim ini, lahir di Distrik Jila tanggal 2 Maret 1991.  Marcus merupakan salah satu putra asli Amungme yang bergelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Ditinggal kedua orang tua semasa kecil, tidak menyurutkan keinginan Marcus untuk lebih giat menempuh ilmu pendidikan untuk kepentingan masa depannya.

Marcus menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Noemun Jila dan lulus pada tahun 2004, selanjutnya ia ke Timika dan menempuh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja Injil (YPPGI) Abdiel Tinal Kwamki Narama dan lulus tahun 2007.

Mendapat beasiswa dari Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK) sejak SD, akhirnya Marcus menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMU St Nicholaus Lokon, Tomohon, Manado pada 2010.  Ia melanjutkan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado dan wisuda pada 20 Agustus 2015 lalu, menyabet gelar S1 atau SKM.

Kurang lebih dua jam lamanya berdiskusi bersama Salam Papua di salah satu cafe di bilangan Jalan Budi Utomo, Marcus menceritakan keinginannya usai menyelesaikan jenjang sarjananya di kota Manado. Anak dari pasangan almarhum Yan Jaton Aim dan Martina Uamang ini, sejak kecil diasuh oleh salah satu tokoh di Mimika yaitu Yopi Kilangin yang saat ini menjabat selaku Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Mimika. Menurut Marcus, sosok Yopi Kilangin adalah orang tua asuh baginya yang selalu memberikan motivasi untuk terus menimba ilmu pendidikan.

Marcus yang kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Mimika mengatakan  ingin mengabdi kepada masyarakat dengan cara memotivasi masyarakat agar dapat hidup secara baik dan sehat, salah satunya dengan kebersihan. Karena menurut dia dengan hidup yang bersih maka masyarakat  akan sehat di lingkungannya masing-masing.

“Seperti buang sampah harus pada tempatnya. Seperti membuang ludah pinang, itu tidak bisa buang disembarang tempat. Karena sampah itu yang menyebabkan penyakit pada masyarakat,” katanya.

Dia menerangkan bahwa banyak masyarakat yang hidup tidak teratur dari sisi kebersihan, itulah yang menyebabkan penyakit. Seperti masyarakat yang sehari-harinya berkebun, usai berkebun dan hendak makan, kadang lupa mencuci tangan dan langsung mengkonsumsi makanan. Menurut Marcus, kuman maupun bakteri pada umumnya banyak berada pada kuku manusia, sehingga ketika makan tanpa mencuci tangan secara benar, meski gizi yang masuk kedalam tubuh baik, namun jika diikuti dengan kuman maupun bakteri maka itu sama saja tidak bermanfaat.

“Jadi kita harus mengatur pola makan, karena gizi itu tergantung dari pola makan kita,salah satunya saat makan tangan kita harus bersih, makanya kita harus mencuci tangan. Jadi cara mencuci tangan seperti bagaimana, itu yang mesti kita kasih pemahaman ke masyarakat,” terangnya.

Saat ini menurut dia, mungkin belum belum banyak yang dapat dia dilakukan untuk masyarakat Mimika, terutama masyarakatnya. Namun seiring dengan waktu, dia akan melakukan yang terbaik untuk masyarakat sesuai dengan ilmu yang dimiliki.

Marcus menceritakan, saat kuliah dulu, hal-hal yang dilakukan ke masyarakat ditempatnya kuliah adalah melakukan sosialisasi menyangkut kebersihan, bahkan hal itu turut dilakukannya dengan mengajak kepala dinas kesehatan setempat. Tidak tanggung-tanggung sosialisasi terkait gizi, juga dilakukannya di pulau Bali yang merupakan daerah wisata favorit di Indonesia. Sehingga dari hal-hal yang telah dilakukan itu, menjadi sebuah niat untuk Marcus dapat lakukan hal yang sama kepada masyarakat di kampung halamannya.

Bercerita terkait realita yang terjadi kepada anak-anak asli Mimika yang telah selesai menempuh pendidikan di luar daerah dan kembali ke daerahnya Mimika, menurut Marcus hal itu sangat miris dilihat. Karena menurut pandangannya, banyak putra-putri asli Mimika tidak dimanfaatkan oleh pemerintah setempat, sehingga hal itu yang menyebabkan mental sejumlah alumnus lulusan universitas ternama jatuh. Seharusnya menurut Marcus, pemerintah daerah dapat memperhatikan itu dan dapat memberdayakan anak-anak asli Mimika yang saat ini telah usai mengenyam pendidikan dan mendapat gelar sarjana, untuk berkarya di pemerintahan.
Salah satu contoh pemerintah dapat merekrut mereka untuk menempati sejumlah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada, agar apa yang telah mereka dapat saat kuliah bisa di implementasikan ke masyarakat.

“Kasihan saya lihat ini, masih banyak putra-putri asli di sini yang terlantar dan tidak dimanfaatkan pemerintah. Seharusnya pemerintah lihat itu dan manfaatkan mereka,” ujarnya.

Meski hal diatas masih saja terjadi, tidak menyurutkan niat Marcus untuk terus mengabdi kepada masyarakat walau itu dilakukan hanya sebatas sosialisasi kepada rekan-rekannya untuk saat ini. Niat untuk membangun Mimika melalui kesehatan terutama dari sisi kebersihan dan gizi, setidaknya dapat memberikan motivasi kepada mereka yang lain, yang memiliki ilmu pendidikan lain untuk bersama-sama dengan Marcus mengabdi kepada masyarakat di bumi Amungsa ini.

Ada keinginan yang kuat dari Marcus, bagaimana dia dapat menciptakan lingkungan yang tetap bersih, menciptakan suasana yang tetap nyaman, dan bagaimana menciptakan kesehatan dan gisi untuk menjadi prioritas utama dalam pembangunan di Kabupaten Mimika. Kiranya hal-hal ini juga diharapkan menjadi perhatian pemerintah, terutama instansi dan dinas terkait. (Saldi Hermanto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel