-->

Mengenal Musisi Jazz Asal Indonesia Timur Jeko Fauzy (Bagian V)

Jeko Fauzy

DALAM wawancara Salam Papua dengan Jeko Fauzy pada edisi,Kamis (1/9), Jeko menceritakan tentang pemerintah dalam musik Jazz. Kali ini Jeko akan menceritakan tentang proses belajar Jazz.

 SAPA     : Apakah benar untuk belajar Jazz kita harus sekolah/kursus?

JEKO  : Untuk menjadi pemain Jazz 'belajar' itu harus!!

Sekolah/lembaga kursus dengan kurikulum yang  qualify adalah sarana untuk mempersingkat waktu (short Card) menjadi mahir/ahli/terampil.
Iklim sekolah dan suasana belajar yang baik mampu menciptakan kosentrasi siswa dalam menyerap sebuah ilmu menjadi lebih seksama.

SAPA     : Ada orang yang otodidak belajar bermusik Jazz, namun tidak bisa membaca not balok/partitur. Bagaimana menurut bung Jeko?


JEKO : Pada tahun 1920-1940 hal ini biasa. Banyak musisi khususnya dari Benua Afrika yang bermukim di Amerika tidak mengerti bahasa musik. Mereka hanya memainkan musik ungkapan hatinya. Tapi kalo di era milenium ini ada musisi jazz mengenyampingkan bahasa musik itu menjadi LUAR BIASA (dalam konotasi yg tidak baik). Saya ambil contoh sederhananya seperti seorang anak muda yang ingin membangun networking atau pertemanan secara luas sampai kebelahan dunia, tapi tidak memiliki akun Facebook. Karena jazz saat ini merupakan musik dunia, maka sebaiknya kita memahami bahasa musik (not balok) (symbol2 penunjang dalam permainan musik). Kita semua ingin kan punya band beranggotan dari berbagai negara dan Tour keliling dunia, maka bahasa musik mempermudah untuk meraih mimpi itu semua!

 SAPA     : Bagaimana caranya bisa mendapatkan identitas/karakter dalam “bermain” Gitar , selain dari pada pemilihan sound tentunya?


JEKO : Sama seperti bayi! Saat kita pertama belajar berbicara dalam hidup kita. Tanpa kita sadari  kita meniru orang tua kita bicara. Tapi bukan berarti saat kita dewasa kita harus punya pribadi yang sama dengan orang tua kita, pasti saat dewasa kepribadian kita semakin  berbeda, misalnya dalam mengungkapkan sesuatu rasa, ide pendapat dll. Begitupun di musik jazz kita harus memiliki 'orang tua' untuk menjadi panutan  dan meniru gaya aksen bicaranya. Tapi sekali lagi kita bukan meniru untuk menjadi pribadinya!!!
Bukan seperti kita mengidolakan rock stars hingga meniru gaya berpakaiannya.
Di butuhkan literatur sejarah yang benar untuk menentukan siapa 'orang tua' terbaik kita. Tidak sedikit guru tanpa pengetahuan sejarah jazz yang baik menganjurkan hal yang salah kepada muridnya hingga muridnya 'tersesat selamanya'. Dan disinilah peranan seorang guru yang kompeten di butuhkan. Hingga kita menemukan personality sounds yang kita inginkan, dan menjadi musisi jazz yang berkarakter.

SAPA     : Bisa di share, dasar/basic materi apa yang wajib kita kuasai untuk bisa masuk dalam tingkatan bermain jazz selanjutnya?


JEKO : Sekali lagi saya sarankan untuk pertama membuka artikel sejarah musik jazz atau bahkan  sampai pada musik klasik (yang lebih tua keberadaannya di banding musik jazz) sebanyak mungkin agar tidak tersesat di tengah jalan! Contoh yang sering kita jumpai di Indonesia, pada instrument jazz bass misalnya, banyak seorang guru menganjurkan murid nya langsung memainkan bass elektrik padahal fakta sejarah di dunia ini, lahir bass akustik lebih dahulu setelah itu seiring kemajuan teknologi lahir bass elektrik.  Maka tidak sedikit pemain jazz bass di Indonesia hanya mahir memainkan bass elektrik tanpa menguasai bass akustik. Begitu pun yg terjadi pada jazz gitar. Seperti seorang yang belajar pertama motor manual setelah mahir baru coba motor matic, pasti lebih mudah di bandingkan prosesnya di balik...hehe :) logika! Setelah kita mengenal sejarah jazz dengan baik dan benar baru kita mulai mengenal Theory Music, ear training (mempertajam kepekaan telinga) baru kita belajar "teknik pada gitar" (penguasaan alat/praktek) adalah yg terkhir!! dan bukan pertama!! Karena biasanya lembaga kursus musik menekankan pada praktek nya saja. Di sebabkan berbagai faktor :
1.Karena keterbatasan pengatahuan pengajar
2. bahkan sang pemilik sekolah musik tidak mengerti hal ini (hanya mengerti bisnisnya saja) maka kurikulum bukan menjadi pondasi dasar dalam membangun lembaga pendidikan musik.

SAPA     : Bagaimana cara belajar yang benar untuk dapat mahir bermain gitar menurut seorang Jeko?
JEKO : Saya rasa jawaban pertanyaan diatas sudah menjawab pertanyaan ini.

SAPA     : Dalam proses belajar gitar, apakah melodi/notasi menjadi prioritas dalam latihan di banding chord?
JEKO : Semua punya posisi yang equal/sama kedudukan nya. Karena definisi chord adalah melody yang di bunyikan secara bersamaan.

SAPA     : Apakah sebagai musisi jazz harus idealisme?
JEKO : Untuk menjadi pemain jazz mahir dan standart qulify internasional di butuhkan TOTALITAS dan dedikasi tinggi. Sama hal nya seperti atlet olimpiade target emas setelah separuh hidupnya di dekasikan untuk berlatih dan bekerja keras. Maka di butuhkan idealisme untuk konsistensi agar bisa meraih emas tersebut walaupun hasil akhirnya kita tidak pernah tahu.

SAPA     : Apa saran seorang Jeko untuk anak-anak/remaja yang mau belajar gitar Jazz tapi tidak ada SDM/guru di timika?
JEKO : Jangan pernah menyerah dengan keadaan yang tidak mendukung! Tapi selayaknya Timika sudah memiliki sekolah musik yang di isi pengajar dengan kemampuan kelayakan kualitas yang standart nasional bahkan internasional. Mengingat saat ini dan masa akan datang akan lahir generasi cerdas dan anak-anak muda berbakat dalam bidang seni musik.
Juga melihat letak strategis geografis Kota Timika untuk menjadi pusat bisnis di Papua selain pariwisata. Amen. Saya masih ingat pesan opung Bill Saragih (legendaris Jazz Indonesia dari Sumatera Utara) "untuk menjadi musisi jazz terampil dibutuhkan " : 15% Bakat, 15% materi/sarana, 70% kerja keras!! Sambil menanti Pemda menyediakan sekolah musik atau pihak swasta yang akan investasi dalam pengadaan sekolah musik di Timika, di era komunikasi yang serba maju saat ini harusnya tidak menjadi kendala, (Sampai saat ini saya pun masih belajar dengan gitaris di Amerika walaupun lewat applikasi skype!) Anak muda harus punya jiwa yang selalu mencari jawaban dari ketidak tahuan kita, kritis dan mempunyai cita-cita untuk lebih baik dari generasi sebelumnya. Adik-adik bisa email dan chating atau video call ke saya. Nanti saya kasih tau alamat email dan no telepon saya kalau adik-adik datang di coaching tanggl 3 September di Waanal coffee jam 4 sore-selesai. Sampai jumpa adik2 ku tercinta. Salam. (Bersambung)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel