-->

Distrik Kuyawage Jadi Pilot Project Bahasa Ibu


SAPA (JAYAPURA) - Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya dijadikan Pilot Project Program Pendidikan Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu untuk anak PAUD dan Sekolah Dasar kelas awal di Provinsi Papua.

Program ini adalah kerjasama antara Pemerintah Provinsi Papua, Pemkab Lanny Jaya, Universitas Cenderawasih, sejumlah Yayasan Pendidikan, LSM dan mitra pembangunan swasta.

Sekertaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya, Christian Sohilait menuturkan, program ini sudah berjalan selama setahun. Terpilihnya Distrik Kuyawage sebagai daerah pilot project program ini, adalah berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Summer Institute of Linguistics (SIL) International dari Sentani .

“Pertama kali kami menawarkan tiga lokasi, dan SIL melakukan survey. Tempat pertama yakni di sekolah yang ada dekat Tiom yakni di Kampung Maki, lalu sekolah yang sedikit jauh dari Tiom yakni di Distrik Dimba dan yang sangat jauh dari Tiom yaitu Distrik Kuyawage. Namun akhirnya terpilih sekolah di Kuyawage,” kata  Sohilait kepada wartawan di Jayapura, Rabu, (3/2) 

Dijelaskan Sohilait, program ini terbentuk berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama bertahun - tahun. Dimana anak sekolah yang berada di pedalaman terpencil terutama sekolah dasar kesulitan menerima pelajaran jika menggunakan kurikulum bahasa Indonesia.

“Jadi kenapa penggunaan Bahasa Indonesia susah sekali masuk di sekolah dan anak anak menjadi lambat membaca. Sampai hari ini kita lihat masih banyak anak - anak Papua yang belum yang belum bisa  membaca dan menulis. Bahkan Papua masih menjadi provinsi yang angka buta aksaranya tertinggi di Indonesia,” aku Sohilait.

Berawal dari keprihatinan inilah, maka dicoba untuk masuk dengan menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah. Dalam  hal ini bahasa Lanny yang dipakai oleh masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya dan kabupaten lain di sekitarnya.

“Jika ini berhasil selanjutnya akan dibuat kebijakan di seluruh daerah kabupaten Lanny Jaya bahwa untuk anak tahap usia dini dan tahap awal sekolah dasar harus diajar dengan menggunakan bahasa ibu, sehingga nanti masuk ke bahasa Indonesia tidak susah,” jelasnya lagi.

Mantan Kadis Pendidikan Lany Jaya ini, juga memberikan apresiasi kepada tim yang sudah punya hati untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Karena menurutnya 70 tahun Indonesia merdeka jumlah anak yang belum bisa baca tulis  di Papua masih tinggi dan nomor satu di Indonesia. “Inikan berarti ada kesalahan yang harus diperbaiki,”imbuhnya.

Lanjut katanya, melalui forum Lokakarya yang digelar di Hotel Aston semoga dapat memberikan koreksi untuk bagi tim yang bekerja khususnya untuk buku kurikulum yang sedang dibuat.

Menindaklanjuti hasil lokakarya nanti akan digelar workshop di Kuyawage yang bertujuan untuk memberikan penguatan pada teman guru disana bagaimana cara menggunakan buku kurikulum yang sudah dibuat.

“Jadi nanti untuk TK/PAUD akan gunakan tenaga gereja, sementara untuk sekolah dasar akan menggunakan tenaga guru lokal. Ada dua sekolah di Kuyawage dan ada sedikit masalah dengan guru. Jadi  kita punya tugas siapkan guru dengan baik sehingga mereka bisa terima penguatan dari teman SIL untuk kemudian dijabarkan dalam pengajaran di sekolah,”urainya.

Lebih jauh dijelaskan, nantinya akan dibuat perbandingan. Jadi ada sekolah di Distrik Balingga yang dekat dengan Kuyawage. Di sekolah ini akan gunakan kurikulum bahasa Indonesia.

“Jadi kita akan buat perbandingan. Kita evaluasi 3 atau 6 bulan. Kedua daerah itu sama sama susah aksesnya. Jika dalam jangka waktu itu, penggunaan multi bahasa yang tidak berhasil maka akan kita hentikan. Jika berhasil berarti wajib untuk kelas satu gunakan multi bahasa,” katanya seraya menambahkan Distrik Kuyawage selama 7 bulan terkena bencana hujan salju. (Maria Fabiola)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel