-->

Konflik Kwamki Narama Kembali Telan Korban Jiwa

SAPA (TIMIKA) – Konflik berkepanjangan di Kwamki Narama kembali memakan korban jiwa, kali ini dalam bentrok yang berlangsung kurang lebih enam jam, mengakibatkan satu orang dari kubu atas meninggal dunia akibat terkena anak panah.

Dalam bentrok yang berlangsung Selasa (14/6), sejak pukul 06.00 pagi hingga pukul 12.00 WIT siang ini, aparat kewalahan menghalau aksi saling serang warga yang menggunakan senjara tradisional panah. Pasalnya, warga dari kedua kubu tetap bersikeras untuk perang dan tidak mengindahan imbauan aparat yang terus menerus mengimbau untuk menghentikan perang.

Aksi saling serang berlangsung diarea sekitar depan kantor Polsub sektor Kwamki Narama melalui lorong-lorong yang ada. Dan sekitar pukul 11.00 Wit, seorang warga yang diketahui bernama Yahoo Murib (30) dari kubu atas yang ikut dalam perang, terkena anak panah dari kubu bawah sehingga kritis dan terjatuh. Akhirnya sejumlah warga dari kubu atas mangevakuasi korban untuk dibawa mundur ke area kubu atas, namun aksi saling serang terus berlangsung.

Selang beberapa saat kemudian, timbul suara dari warga kubu atas yang mengisyaratkan bahwa, dari pihak mereka terdapat korban meninggal dunia.

Aparat yang terus berupaya untuk menghalau dan menghentikan aksi kedua kubu, dengan terpaksa mengambil langkah tegas dan memukul mundur kedua kubu yang terlibat bentrok. Puluhan tembakan gas air mata dilepaskan ke arah warga kedua kubu, hingga akhirnya saling serang ini berhasil dihentikan sekitar pukul 12.00 WIT siang.

Korban perang saat dikremasi oleh warga kubu atas - SAPA SALDI
Kepala Polsub sektor Kwamki Narama, Iptu Alfred Wasia, saat dikonfirmasi Salam Papua mengenai bentrok ini, membenarkan bahwa korban atas nama Yaho Murib meninggal dunia setelah terkena anak panah pada bagian rusuk.

“Kemungkinan anak panah itu masuknya dalam, akhirnya korban meninggal dunia,” katanya.

Dijelaskan juga bahwa, setelah korban dipastikan meninggal dunia oleh warga dari kubu atas, jenazah korban kemudian dibakar siang itu juga, sebab korban perang sesuai adat harus dibakar atau di kremasi. 

Setelah jenazah dibakar, kedua kubu terus saling buang suara memancing dan memprovokasi, agar saling serang kembali terjadi. Namun aparat masih bisa menghalangi niat kedua kubu yang ingin berperang.

“Saat itu juga jenazah langsung dibakar, setelah itu aparat masih terus menghalangi agar tidak terjadi baku serang. Sampai saat ini masih tenang, namun ada saja pengintai-pengintai yang memancing untuk terjadi perang,” jelasnya. (Saldi Hermanto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel