-->

Puteri Papua Bisa Jadi Putri Indonesia

SAPA (TIMIKA) – Puteri Indonesia Jawa Barat Evan Lysandra mengatakan sangat bisa terpilih menjadi Putri Indonesia karena puteri Papua memiliki karakteristik yang unik, yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita di daerah lain di Indonesia.

“Puteri Papua memiliki keunikan yang sangat mahal harganya, kecantikannya luar biasa unik, luar biasa mantap, bagus sekali. Karena itu bila puteri Papua bisa menemukan dan diajarkan oleh orang-orang yang tepat, itu akan menjadi ‘maut’ bagi wanita-wanita dari daerah lain karena tidak ada yang bisa mengalahkan keunikan wanita-wanita Papua,” kata Evan ketika bertandang ke Redaksi Salam Papua beberapa waktu lalu.

Ketika ditanya apa yang menyebabkan Puteri-puteri Papua dan Papua Barat tidak bisa terpilih  menjadi Puteri Indonesia? Kata Evan Puteri-puteri Papua perlu dididik dan ditangani oleh orang yang profesional, dibimbing oleh the queen maker (orang yang menciptakan seseorang puteri menjadi ratu-Red).

“Saya sesungguhnya baru merencanakan untuk mengikuti Puteri Indonesia dua bulan sebelumnya, dan itu tergolong kurang persiapan. Karena itu sangatlah beruntung bila di suatu daerah, ada persiapan terlebih dahulu, ada orang tepat yang menangani, memaintenance, mengajari soal bagaimana seorang puteri harus berperilaku, mack up, merawat diri, itu adalah hal yang krusial. Jadi kalau ada orang, seperti pak Untung yang mau mengajarkan, mau memaintenance, pasti ada puteri-puteri di Papua yang bisa terpilih menjadi Puteri Indonesia,” tegas Evan.

Sementara The Queen Maker, Untung Muliana, SIP mengatakan, selama ini Puteri Papua dan Papua Barat sudah beberapa kali masuk dalam top five dan top ten. Terakhir tahun 2014, Puteri Papua masuk dalam sepuluh besar, Putri Papua juga terpilih sebagai pemenang kategori khusus di ajang Puteri Pariwisata Indonesia tahun 2015, Putri Papua juga mencatatkan diri sebagai runner up 1 di ajang yang lain, Miss Indonesia tahun 2104.

“Baru-baru ini Puteri Papua Olvah Alhamid mewakili Indonesia ke ajang Miss Eco Universe di Mesir yang diikuti oleh 60 negara, dan Puteri Papua ini mendapatkan tiga penghargaan khusus dengan meraih Best National Costume Miss Eco Universe 2016. Olvah juga meraih penghargaan Miss Digital dan Miss Cooking. Untuk Miss Cooking,” kata Untung.

Menurut Untung, ini artinya sebetulnya Puteri Papua sudah memiliki kecantikan yang unik, dengan daya tarik, daya saing, daya kompotitor tersendiri di ajang dunia kecantikan, tidak hanya di Indonesia tapi juga internasional yang perlu diperhitungkan. Kekurangannya adalah pada kemauan dan persiapan diri, pendidikan khusus terkait kecantikan dan maintenance.

“Tidak hanya itu,  semua Puteri Papua yang selama ini memiliki prestasi, kurang diberdayakan secara maksimal. Karena itu, selama ini Puteri Indonesia yang saya pegang, saya mengajarkan untuk mau dekat dengan masyarakat, mau melayani masyarakat, yang tangannya mau kotor, bukan yang duduk di singgasana dan menebar senyum, yang mau berkarya, sehingga menjadi puteri yang dikenal dengan karya-karya nyata,” kata Untung.

Untung menjelaskan, dirinya sudah berbicara dengan sejumlah pihak untuk memberdayakan Puteri-puteri Papua, akan dilatih dan dididik, setelah itu baru diikutkan ke kompetisi. Tapi tujuan akhirnya semata-mata bukan pemenang kompetisi, tapi bagaimana bisa menjadi puteri yang berkarya, itu yang penting. “Dengan demikian karier dari puteri tersebut tidak habis saat sudah terpilih puteri berikut. Tapi ia akan tetap dikenang karena karya-karyanya,” ujar Untung.

Untung menambahkan, Evan sengaja dibawa ke Papua karena Papua sangat bergantung pada dunia penerbangan. Evan merupakan lulusan teknik penerbangan ITB, yang bisa menularkan ilmu dan keterampilan untuk bisa memotivasi generasi muda Papua.

“Evan memiliki spesialiasi membuat pesawat terbang. Saya ingin anak-anak Papua punya animo tentang pesawat. Evan bisa melakukan sesuatu untuk anak-anak Papua, melalui buku, video untuk mengetahui penerbangan,” kata Untung.

Menanggapi pernyataan Untung tersebut, Evan mengatakan, Papua ini tidak hanya butuh pilot, juga dibutuhkan orang yang bisa memperbaiki pesawat, bisa mendisain pesawat yang disesuaikan dengan kebutuhan Papua dan orang-orang yang bisa bekerja di Bandar udara (bandara). Papua membutuhkan orang-orang seperti itu.

“Saya rasa kalau sejak dari kecil anak-anak Papua sudah mendapat pengetahuan tentang pesawat dan dunia penerbangan, maka dalam dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan, sudah ada anak-anak Papua yang bisa membuat pesawat sendiri,” kata Evan. (Cr1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel